HACHIKO
Oleh: Veri Yulianto
(Mahasiswa
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan Program Studi
Oseanografi Universitas Diponegoro Semarang)
Hachikō (ハチ公?)
(10 November
1923-8 Maret
1935) adalah seekor anjing jantan
jenis Akita Inu
kelahiran Ōdate, Prefektur
Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap
majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachikō terus menunggu majikannya yang
tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo.
Julukan baginya adalah Hachikō Anjing yang Setia (忠犬ハチ公 Chūken Hachikō?).
Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di
Shibuya.
Sewaktu membuat janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk
bertemu di depan patung Hachikō.
Kisah
hidup
Lahir
10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama
Ōshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga
Giichi Saitō dari kota Ōdate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi
dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu.
Ia dimasukkan ke dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan
kereta api yang berangkat dari Stasiun Ōdate, 14 Januari
1924. Setelah menempuh
perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno,
Tokyo.
Hachi
menjadi anjing peliharaan Profesor Hidesaburō
Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Profesor
Ueno waktu itu berusia 53 tahun, sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun.
Profesor Ueno adalah pecinta anjing. Sebelum memelihara Hachi, Profesor Ueno
pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, namun semuanya tidak berumur
panjang. Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya, Hachi
dipelihara bersama dua ekor anjing lain, S dan John. Sekarang, lokasi bekas
rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Department Store
sekarang.
Ketika
Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di
pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, bersama S dan John,
Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang
hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.
Pada
21 Mei
1925, seusai mengikuti
rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui
majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari.
Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk
orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei
1925. Hachi masih tidak
mengerti Profesor Ueno sudah meninggal. Ditemani John dan S, ia pergi juga ke
stasiun untuk menjemput majikannya.
Nasib
malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor
Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John
dititipkan kepada salah seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di
kawasan Nihonbashi. Namun cara
Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan pembeli ternyata tidak disukai. Ia
kembali dititipkan di rumah seorang kerabat Yae di Asakusa. Kali ini,
kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dan tetangga di
Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri angkat Profesor Ueno di Setayaga. Namun Hachi suka
bermain di ladang dan merusak tanaman sayur-sayuran.
Pada
musim gugur 1927,
Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi
keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan
dengan Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor
Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.
Pada
tahun 1932,
kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saitō
dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang
sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi.
Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan
dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua
yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi
yang terus menunggu kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai
stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya.
Sejak itu pula, akhiran kō (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi,
dan orang memanggilnya Hachikō.
Sekitar
tahun 1933,
kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah
Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa
berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model. Andō berusaha
mendahului laki-laki berumur yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachikō.
Orang tersebut menjual kartu pos bergambar Hachikō untuk keuntungan pribadi.
Pada bulan Januari 1934,
Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek
pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda
Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat
Hachikō.
Patung
perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya.
Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan
sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain
Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei
1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito
dan Permaisuri Kōjun.
Selepas
pukul 06.00 pagi, tanggal 8 Maret 1935, Hachikō, 13 tahun, ditemukan sudah tidak bernyawa di
jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat
tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachikō biasanya tidak pernah
pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.
Upacara
perpisahan dengan Hachikō dihadiri orang banyak di Stasiun Shibuya, termasuk
janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan
penduduk setempat. Biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra. Upacara
pemakaman Hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia.
Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian
luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum
Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.
Pada
8 Juli
1935, patung Hachikō
didirikan di kota kelahiran Hachikō di Ōdate. tepatnya di depan Stasiun Ōdate. Patung
tersebut dibuat serupa dengan patung Hachikō di Shibuya. Dua tahun berikutnya (1937), kisah Hachikō
dimasukkan ke dalam buku pendidikan moral untuk murid kelas 2 sekolah rakyat di
Jepang. Judulnya adalah On o wasureruna (Balas Budi Jangan Dilupakan).
Pada
tahun 1944,
di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachikō ikut
dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di
Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut
merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki Teru Andō.
Pintu
keluar Stasiun JR Shibuya yang berdekatan dengan patung Hachikō disebut Pintu
Keluar Hachikō. Sewaktu didirikan kembali tahun 1948, patung Hachikō diletakkan
di bagian tengah halaman stasiun menghadap ke utara. Namun setelah dilakukan
proyek perluasan halaman stasiun pada bulan Mei 1989, patung Hachikō
dipindah ke tempatnya yang sekarang dan menghadap ke timur.
Film
Hachikō Monogatari
karya sutradara Seijirō Kōyama mulai
diputar di Jepang, Oktober 1987. Pada bulan berikutnya diresmikan patung Hachikō di kota
kelahirannya, Ōdate. Monumen peringatan ulang tahun Hachikō ke-80 didirikan 12 Oktober
2003 di lokasi rumah
kelahiran Hachikō di Ōdate. Sebuah drama spesial tentang Hachikō ditayangkan
jaringan televisi Nippon Television pada tahun 2006. Drama sepanjang dua
jam tersebut diberi judul Densetsu no Akitaken Hachi (Legenda Hachi
si Anjing Akita). Pada tahun 2009 film Hachiko: A Dog's Story[1]
karya sutradara Lasse Hallström mulai
diputar dan dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen.
No comments:
Post a Comment