KONSEP MODEL DATA SPASIAL PADA SIG
Oleh: Veri Yulianto
(Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu
Kelautan Program Studi Oseanografi Universitas Diponegoro Semarang)
A. Pendahuluan
Sistem
Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu sarana penyampaian
informasi. Terutama untuk informasi-informasi yang berhubungan dengan
data spasial. System informasi tersebut telah dan sedang dikembangkan
oleh pemerintah-pemerintah dibanyak daerah di Indonesia contohnya SIG
Potensi daerah, untuk menampilkan potensi-potensi daerah diberbagai
bidang antara lain ekonomi sosial dan budaya didaerah tersebut untuk
menarik investor. Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade belakangan ini meningkat
dengan sangat drastis. Hal ini berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan perkembangan teknologi dalam
memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan
(spasial). Teknologi tinggi seperti Global Positioning System (GPS), remote sensing dan total station,
telah membuat perekaman data spasial digital relatif lebih cepat dan
mudah. Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer
data yang semakin meningkat, dan kecepatan proses data yang semakin
cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang tidak terlepaskan
dari perkembangan teknologi informasi.
A. Isi
a) Pengertian Data Spasial
Data
spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada
posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat
informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawa permukaan bumi,
perairan, kelautan dan bawah atmosfir (Rajabidfard dan Williamson, 2000a). Data spasial dan informasi turunannya digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi (Radjabidfard 2001).
Lebih lanjut lagi Mapping Science Committee (1995) dalam Rajabidfard
(2001) menerangkankan mengenai pentingnya peranan posisi lokasi yaitu,
(1) pengetahuan mengenai lokasi dari suatu aktifitas memungkinkan
hubungannya dengan aktifiktas lain atau elemen lain dalam daerah yang
sama atau lokasi yang berdekatan dan (2) Lokasi memungkinkan
diperhitungkannya jarak, pembuatan peta, memberikan arahan dalam membuat
keputusan spasial yang bersifat kompleks.
Karakteristik
utama dari data spasial adalah bagaimana mengumpulkannya dan
memeliharanya untuk berbagai kepentingan. Selain itu juga ditujukan
sebagai salah satu elemen yang kritis dalam melaksanakan pembangunan
sosial ekonomi secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan perkiraan hampir lebih dari 80 % informasi mengenai bumi
berhubungan dengan iinformasi spasial (Wulan 2002).
Perkembangan
teknologi yang cepat dalam pengambilan data spasial telah membuat
perekaman terhadap data berubah menjadi bentuk digital, selain itu
relatif cepat dalam melakukan prosesnya. Salah satunya perkembangan
teknologi yang berpengaruh terhadap perekeman data pada saat ini adalah
teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Global Positioning System (GPS).
Terdapat
empat prinsip yang dapat mengidentifikasikan perubahan teknologi
perekaman data spasial selama tiga dasawaarsa ini. Prinsip tersebut
adalah
(1) perkembangan teknologi,
(2) kepedulian terhadap lingkungan hidup,
(3) konflik politik atau perang dan
(4) kepentingan ekonomi.
Data
lokasi yang spesifik dibutuhkan untuk melakukan pemantauan terhadap
dampak dalam suatu lingkungan, untuk mendukung program restorasi
lingkungan dan untuk mengatur pembangunan. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan melalui kegiatan pemetaan dengan menggunakan komputer dan
pengamatan terhadap bumi dengan menggunakan satelit penginderaan jauh.
Rajabidfard
dan Wiliamson (2000), menerangkan bahwa terdapat dua pendorong utama
dalam pembangunan data spasial. Pertama adalah pertumbuhan kebutuhan
suatu pemerintahan dan dunia bisnis dalam memperbaiki keputusan yang
berhubungan dengan keruangan dan meningkatkan efisiensi dengan bantuan
data spasial. Faktor pendorong kedua adalah mengoptimalkan anggaran yang
ada dengan meningkatkan informasi dan sistem komunikasi secara nyata
dengan membangun teknologi informasi spasial. Didorong oleh
faktor-faktor tersebut, maka banyak negara, pemerintahan dan organisasi
memandang pentingnya data spasial, terutama dalam pengembangan informasi
spasial atau yang lebih dikenal dengan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Tujuannya adalah membantu pengambilan keputusan berdasarkan
kepentingan dan tujuannya masing-masing, terutama yang berkaitan dengan
aspek keruangan. Oleh karena itu data spasial yang telah dibangun,
sedang dibangun dan yang akan dibangun perlu diketahui keberadaanya.
Pada
dasarnya terdapat dua permalahan utama yang terjadi pada saat ini dalam
pembangunan data spasial. Pertama adalah “ledakan” informasi, dimana
informasi tersebut diperlukan dalam perkembangan waktu yang terjadi. Hal
ini sangatlah bergantung pada perkembangan yang cepat dalam proses
pengambilan dan perekaman data spasial. Sedangkan yang kedua adalah
terbatasnya dan sulitnya melakukan akses dan mendapatkan informasi
spasial dari berbagai macam sumber data yang tersedia. Konsekuensi yang
terjadi terdapat kebutuhan yang sangat mendesak untuk memecahkan
permasalahan tersebut, yaitu dengan melakukan konsep berbagi pakai data,
integrasi dari aplikasi yang berbeda dan mengurangi duplikasi data dan
minimalisasi biaya pengeluaran yang terjadi.
b) Sumber Data Spasial
Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah :
- Citra Satelit, data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari permukaan bumi. Umumnya diaplikasikan dalam kegiatan yang berhubungan dengan pemantauan sumber daya alam di permukaan bumi (bahkan ada beberapa satelit yang sanggup merekam hingga dibawah permukaan bumi), studi perubahan lahan dan lingkungan, dan aplikasi lain yang melibatkan aktifitas manusia di permukaan bumi. Kelebihan dari teknologi terutama dalam dekade ini adalah dalam kemampuan merakam cakupan wilayah yang luas dan tingkat resolusi dalam merekam obyek yang sangat tinggi. Data yang dihasilkan dari citra satelit kemudian diturunkan menjadi data tematik dan disimpan dalam bentuk basis data untuk digunakan dalam berbagai macam aplikasi. Mengenai spesifikasi detail dari data citra satelit dan teknologi yang digunakan akan dibahas dalam bab tersendiri.
- Peta Analog, sebenarnya jenis data ini merupakan versi awal dari data spasial, dimana yang mebedakannya adalah hanya dalam bentuk penyimpanannya saja. Peta analago merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film. Oleh karena itu dengan perkembanganteknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data.
- Foto Udara (Aerial Photographs), merupakan salah satu sumber data yang banyak digunakan untuk menghasilkan data spasial selain dari citra satelit. Perbedaannya dengan citra satelit adalah hanya pada wahana dan cakupan wilayahnya. Biasanya foto udara menggunakan pesawat udara. Secara teknis proses pengambilan atau perekaman datanya hampir sama dengan citra satelit. Sebelum berkembangan teknologi kamera digital, kamera yang digunakan adalah menggunakan kamera konvensional menggunakan negatif film, saat ini sudah menggunakan kamera digital, dimana data hasil perekaman dapat langsung disimpan dalam basis data. Sedangkan untuk data lama (format foto film) agar dapat disimpan dalam basis data harus dilakukan conversi dahulu dengan mengunakan scanner, sehingga dihasilkan foto udara dalam format digital. Lebih lanjut mengenai spesifikasi foto udara akan dibahas dalam bab tersendiri.
- Data Tabular, data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data ini umumnya berbentuk tabel. Salah satu contoh data ini yang umumnya digunakan adalah data sensus penduduk, data sosial, data ekonomi, dll. Data tabulan ini kemudian di relasikan dengan data spasial untuk menghasilkan tema data tertentu.
- Data Survei (Pengamatan atau pengukuran dilapangan), data ini dihasilkan dari hasil survei atau pengamatan dilapangan. Contohnya adalah pengukuran persil lahan dengan menggunakan metode survei terestris.
c) Model data spasial
Pada
pemanfaatannya data spasial yang diolah dengan menggunakan komputer
(data spasial digital) menggunakan model sebagai pendekatannya. Economic and Social Comminssion for Asia and the Pasific (1996), mendefinisikan model
data sebagai suatu set logika atau aturan dan karakteristik dari suatu
data spasial. Model data merupakan representasi hubungan antara dunia
nyata dengan data spasial.
Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain itu dalam pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan
hasil akhir yang akan dihasilkan. Model data tersebut merupakan
representasi dari obyek-obyek geografi yang terekam sehingga dapat
dikenali dan diproses oleh komputer. Chang (2002)
menjabarkan model data vektor menjadi beberapa bagian lagi (dapat
dilihat pada Gambar 1), sedangkan penjelasan dari model data tersebut
akan dibahas dalam sub bab berikut ini.
Data
spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data
lain, yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
· Informasi
lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umum adalah informasi
lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.
Contoh lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasikan lokasi misalnya adalah Kode Pos.
· Informasi
deskriptif (atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa
mempunyai beberapa atribut atau properti yang berkaitan dengannya;
contohnya jenis vegetasi, populasi, pendapatan pertahun, dsb.
Ø Sistem Koordinat
Informasi
lokasi ditentukan berdasarkan sistem koordinat, yang di antaranya
mencakup datum dan proyeksi peta. Datum adalah kumpulan parameter dan
titik kontrol yang hubungan geometriknya diketahui, baik melalui
pengukuran atau penghitungan. Sedangkan sistem proyeksi peta adalah
sistem yang dirancang untuk merepresentasikan permukaan dari suatu
bidang lengkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar.
Proses representasi ini menyebabkan distorsi yang perlu diperhitungkan
untuk memperoleh ketelitian beberapa macam properti, seperti jarak,
sudut, atau luasan.
Ø Format data spasial
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:
1. Data Vektor
Dalam
data format vektor, bumi kita direpresentasikan sebagai suatu mosaik
dari garis (arc/line), polygon (daerah yang dibatasi oleh garis yang
berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik/point (node yang
mempunyai label), dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah
garis).
Model
data vektor merupakan model data yang paling banyak digunakan, model
ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk
membangun obyek spasialnya. Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga
bagian lagi yaitu berupa titik (point), garis (line), dan area
(polygon).
- Titik (point)
Titik
merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada suatu obyek.
Titik tidak mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk
simbol baik pada peta maupun dalam layar monitor. Contoh : Lokasi
Fasilitasi Kesehatan, Lokasi Fasilitas Kesehatan, dll.
- Garis (line)
Garis
merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan
merepresentasikan obyek dalam satu dimensi. Contoh : Jalan, Sungai, dll.
- Area (Poligon)
Poligon merupakan representasi obyek dalam dua dimensi.Contoh : Danau, Persil Tanah, dll.
1. Data Raster
Data
raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan
dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis
direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran
pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran
sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra.
Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu
sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk
merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis
tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dsb. Keterbatasan utama
dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi
grid-nya semakin besar pula ukuran filenya. Keuntungan utama dari format
data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik,
batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang
membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas
kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan
spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.
Masing-masing
format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data
yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang
tersedia, volume data yang dihasilkan,
ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor
relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi,
tetapi sangat sulit untuk digunakan alam komputasi
matematik. Sebaliknya, data raster biasanya membutuhkan ruang
penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah,
tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.
Model
data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam bentuk matriks
atau piksel dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai tertentu
dan memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat yang unik.
Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran piksel atau
biasa disebut dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam remote sensing yang berbasiskan citra satelit maupun airborne
(pesawat terbang). Selain itu model ini digunakan pula dalam membangun
model ketinggian digital (DEM-Digital Elevatin Model) dan model
permukaan digital (DTM-Digital Terrain Model).
Model
raster memberikan informasi spasial terhadap permukaan di bumi dalam
bentuk gambaran yang di generalisasi. Representasi dunia nyata disajikan
sebagai elemen matriks atau piksel yang membentuk grid yang homogen.
Pada setiap piksel mewakili setiap obyek yang terekam dan ditandai
dengan nilai-nilai tertentu. Secara konseptual, model data raster
merupakan model data spasial yang paling sederhana
Karakteristik utama data raster adalah bahwa dalam setiap sel/piksel mempunyai nilai. Nilai sel/piksel merepresentasikan
fenomena atau gambaran dari suatu kategori. Nilai sel/piksel dapat
meiliki nilai positif atau negatif, integer, dan floating point untuk dapat merepresentasikan nilai cotinuous (lihat Gambar 2). Data raster disimpan dalam suatu urutan nilai sel/piksel. Sebagai contoh, 80, 74, 45, 45, 34, dan seterusnya.
Luas
suatu area direpresentasikan dalam setiap sel/piksel dengan lebar dan
panjang yang sama. Sebagai contoh, sebuah data raster yang
merepresentasikan ketinggian permukaan (biasa disebut dengan DEM) dengan
luasan sebesar 100 Km2, apabila terdapat 100 sel/piksel dalam raster, maka dalam setiap sel/piksel mempunyai ukuran 1 Km2 ( 1 km x 1 km).
Dimensi
dari setiap sel/piksel dapat ditentukan ukurannya sesuai dengan
kebutuhan. Ukuran sel/piksel menentukan bagaimana kasar atau halusnya
pola atau obyek yang akan di representasikan. Semakin kecil ukuran
sel/piksel, maka akan semakin halus atau lebih detail. Akan tetapi
semakin besar jumlah sel/piksel yang digunakan maka akan berpengaruh
terhadap penyimpanan dan kecepatan proses. Apabila ukuran sel /piksel
terlalu besar akan tejadi kehilangan informasi atau kehalusan pola akan
terlihat lebih kasar. Sebagai contoh apabila ukuran sel lebih besar dari
lebar jalan, maka jalan tidak akan dapat ditampilkan dalam data raster.
Gambar berikut memperlihatkan bagaimana obyek poligon di
representasikan dalam raster dengan berbagai macama ukuran sel/piksel.
Lokasi
dalam setiap sel/piksel di definisikan dalam bentuk baris dan kolom
dimana didalamnya terdapat informasi mengenai posisi. Apabila sel memuat
Sistem Koordinat Kartesian, dimana setiap baris merupakan paralel
dengan sumbu X (x-axis), dan kolom paralel dengan sumbu Y (y-axis).
Demikian pula apabila sel/piksel memuat Sistem Koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator) dan sel/piksel memiliki ukuran 100, maka lokasi
sel/piksel tersebut pada 300, 500 E (east) dan 5, 900, 600 N (north).
Terkadang
dibutuhkan informasi spesifik dari luasan suatu raster. Luasan tersebut
dapat didefinisikan pada koordinat bagian atas, bawah, kanan, dan kiri
dari keseluruhan raster, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Ø Sumber data spasial
Sebagaimana
telah kita ketahui, SIG membutuhkan masukan data yang bersifat spasial
maupun deskriptif. Beberapa sumber data tersebut antara lain adalah:
1. Peta
analog (antara lain peta topografi, peta tanah, dsb.). Peta analog
adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan
teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti
koordinat, skala, arah mata angin dsb. Peta analog
dikonversi menjadi peta digital dengan berbagai cara yang akan dibahas
pada bab selanjutnya. Referensi spasial dari peta analog memberikan
koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang
dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor.
2. Data dari sistem Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara, dsb.) Data
Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting
bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya
bermacam-macam satelit di ruang angkasa denganspesifikasinya
masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk
beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam
format raster.
3. Data
hasil pengukuran lapangan. Contoh data hasil pengukuran lapang adalah
data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas
hak pengusahaan hutan, dsb., yang dihasilkan berdasarkan teknik
perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data
atribut.
4. Data
GPS. Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data
bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya
teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
Ø Sistem Pemasukan Data
Pada bagian ini kita akan mempelajari teknik memasukkan data spasial dari sumber-sumber di atas ke dalam SIG, antara lain:
1. Digitasi
2. Penggunaan GPS
3. Konversi dari sistem lain
Sistem
Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information System (GIS) adalah
suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan untuk memproses
data spasial yang ber-georeferensi (berupa detail, fakta, kondisi, dsb)
yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan persoalan
serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG secara umum
memberikan informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi
suatu hasil dan perencanaan strategis.
Ø Menampilkan informasi (basis data) spasial maupun atribut.
ArcView
dapat mengakses dan menampilkan basis data eksternal (Basis data
atribut yang dapat dibuat dengan menggunakan perangkat lunak DBMS
relasional yang ada;
misal: Ms. Access, Dbase, Oracle, dan sebagainya)
Ø Menjawab query spasial maupun atribut.
Menghubungkan informasi spasial dengan atribut-atributnya yang terdapat (disimpan) didalam basis data atribut:
1. Memilih feature (entitas) spasial, muncul informasi spasialnya.
2. Memilih data atribut dari basis data atribut, muncul representasi spasial feature yang dipilih.
3. Memilih data atribut, muncul data atribut-atribut lainnya yang terdapat di dalam basis data tersebut.
4. Memilih suatu feature spasial, muncul feature spasial lainnya yang terkait.
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas tentang konsep data spasial pada SIG dapat diambil beberapa kesimpulan yang seperti diataranya yaitu :
1. Data
spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada
posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat
informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawa permukaan bumi,
perairan, kelautan dan bawah atmosfir.
2. Data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: data raster dan data vector.
Daftar Pustaka
A. Longley, Paul, Michael F. Goodchild, David J. Maguire, and David W. Rhind. Geographic Information Systems and Science. West Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd, 2001.
Chang, Kang -Tsung. Introdcution To Geographic Information Systems. New York: McGraw-Hill, 2002.
Economic and Social Comminssion for Asia and the Pasific. Manual on GIS for Planner and Decision Makers. New York: United Nations, 1996.
Environmental Systems Research Institute (ESRI), Inc. ESRI.Com. 2006. www.esri.com (accessed March 12, 2007).
Prahasta, Eddy. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika, 2001.
Wulan. Methodology for Selection of Framework Data : Case Study for NSDI in China. Enschede: Thesis Degree of Master of Science in GeoInformation Management, International Institute fo GeoInformation and Earth Observation (ITC), 2002.
No comments:
Post a Comment